Ahmad Alfajri – Bau Mulut Orang Berpuasa Menurut Islam
Ibadah puasa memiliki perbedaan dan keutamaan dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Ibadah puasa hanya diketahui oleh orang yang berpuasa dan Allah saja.
Manusia bisa saja bersandiwara berpuasa di depan manusia, tetapi puasa yang Hakiki pasti diketahui oleh Allah. Puasa adalah ibadah yang sangat memerlukan kejujuran dan keikhlasan.
Ibadah puasa memiliki keistimewaan luar biasa dalam pandangan apa. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa ibadah puasa yang dilakukan oleh manusia adalah untuk Allah. Dan Allah sendiri yang akan membalas ibadah puasa tersebut.
Dalam Shahih Bukhari terdapat sebuah Hadits yang menunjukkan betapa ibadah puasa begitu istimewa di sisi Allah.
لَخُلُوْفُ فَمِّ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ
Bau mulut orang yang puasa menurut Allah lebih harum daripada bau misik (minyak wangi)
Hadits ini ini tidak boleh dipahami dan ditafsirkan secara tekstual, karena dapat memberikan pesan yang salah. Jika ditafsirkan secara lahiriyah maka akan timbul Penjelasan bahwa Allah sama dengan makhluk karena memiliki indera penciuman.
Padahal di dalam Al Quran surat Asyura ayat 11, Allah sudah menegaskan bahwa hal tersebut adalah mustahil bagi Allah:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar dan Melihat
Sekali lagi, perlu digarisbawahi bahwa dalam memahami hadis di atas, jangan sampai mungkin pemikiran bahwa Allah memiliki hidung sama seperti manusia.
Memahami hadis bau mulut orang berpuasa
Dalam kitab At-Thuruqus Shahihah fi Fahmis Sunnatin Nabawiyah, Kiai Ali Mustafa Yaqub menerangkan bahwa hadis di atas mesti dipahami dengan makna majazi. Hadis tersebut tidak boleh diartikan secara hakiki.
Berikut ini pernyataan Kiai Ali Mustafa Yaqub:
أنهم متفقون على أن هذا الحديث لا يراد به المعنى الحقيقي وإنما يراد به المعنى المجازي
Seluruh ulama sepakat bahwa hadits ini tidak bisa dipahami secara hakiki, tapi mesti dipahami secara majazi
Pernyataan Hukum tersebut merupakan hasil dari pada rujukan atas berbagai pendapat ulama yang otoritatif. Kesimpulan yang diambil oleh Kyai Ali Mustafa Yaqub tentang hadits diatas adalah Allah meridhoi dan menyukai orang yang puasa.
Kesimpulan
Hadits “bau mulut orang yang puasa lebih harum di hadapan Allah ketimbang bau misik” harus diartikan dengan makna majazi. Dan sangat berbahaya jika diartikan secara makna Hakiki.
Makna Hadits tersebut sebagaimana yang telah disimpulkan oleh Kiai Ali Mustafa Yaqub yaitu Allah meridhai dan sayang dengan orang yang beribadah puasa.
Demikian saja artikel singkat kami tentang memahami hadis bau mulut orang yang berpuasa. Semoga bermanfaat dan terima kasih.