Pendidikan

Bukti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Ahmadalfajri.comBukti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Bukti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Bukti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Sumber sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal dari berita asing Cina, India, berita pedagang Arab, dan 7 prasasti yang ditemukan di Sumatra bagian selatan dan Pulau Bangka.

Menurut sumber berita Cina, berdasarkan keterangan seorang musafir Cina Iā€™Tsing (651-696 M) yang pernah mukim di Sriwijaya selama enam bulan untuk menerjemahkan sejumlah buku agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina.

Ia menyebutkan sekitar abad ke-7 Masehi, Sriwijaya merupakan kota berbenteng dikelilingi tembok.

Kota itu dihuni kurang lebih seribu orang pendeta Buddha yang mendalami ajaran agama Buddha.

Para biksu ini belajar di bawah bimbingan Sakyakitri.

Sumber lainnya berasal dari Dinasti Tang, menyebutkan di Sumatra pada abad itu telah ada beberapa kerajaan di Sumatra, seperti To-long-po-hwang (Tulang Bawang), Mo-lo-yeo (Melayu) di Jambi, dan Che-li-fo- che, sebutan untuk Kerajaan Sriwijaya.

Dari berita pedagang Arab yang melakukan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya. Mereka menyebut dengan istilah orang-orang Arab terhadap Kerajaan Sriwijaya seperti Zabaq, Sabay, atau Sribuza.

Dari berita India, bahwa Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Cola di India.

Dalam prasasti Nalanda yang didirikan atas kerja sama antara Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Sriwijaya, disebutkan bahwa Raja Nalanda, Paladewa, membebaskan lima buah desa dari pajak.

Sebagai gantinya, lima desa itu harus membiayai orang-orang dari Sriwijaya yang sedang menuntut ilmu agama Buddha di Nalanda.

Sriwijaya juga menjalin hubungan dengan Kerajaan Cholamandala yang terletak di India Selatan.

Hubungan putus setelah Raja Rajendra Chola, (1023-1024 M) melalukan serangan ke Sriwijaya.

Tiga prasasti yang ditemukan di dekat Palembang menceritakan berdirinya Kerajaan Sriwijaya pada tahun 683 Masehi.

Pusat kerajaan terletak di dekat kota Palembang sekarang.

Prasasti yang ditemukan di sekitar kota Palembang adalah Kedukan Bukit (684 M), Talang Tuo (684 M), dan Telaga Batu.

Sedangkan di Pulau Bangka adalah prasasti Kota Kapur (686 M), dan di Jambi, prasasti Karang Berahi (686M).

Semua prasasti itu ditulis dalam huruf Pallawa dengan bahasa Melayu kuno.

Di prasasti Ligor (775 M), menyebutkan Kerajaan Sriwijaya mendirikan pangkalan armada kapal di Ligor, Semenanjung Malaka.

Di masa kekuasaan Raja Balaputra Dewa, Kerajaan Sriwijaya mengalami zaman kejayaan, Balaputra dewa adalah raja dari Kerajaan Syailendra di Jawa Tengah.

Balaputra Dewa bertikai dengan Pramodhawardhani (kakaknya) yang dibantu Rakai Pikatan.

Balaputra Dewa kalah dan lari ke Sriwijaya. Ketika itu yang berkuasa di Sriwijaya adalah Dharma Setru (kakek Balaputra Dewa) yang tidak mempunyai keturunan.

Maka diangkatlah Balaputra Dewa sebagai raja.

Pada masa pemerintahan Balaputra Dewa, Sriwijaya menjadi besar, perdagangan dan pelayaran meningkat.

Memiliki hubungan yang baik dengan kerajaan di sekitar Asia Tenggara, India, dan Cina.

Pada akhir abad ke-13, Sriwijaya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh beberapa hal berikut.

a. Serangan Kerajaan Colamandala dari India Selatan pada tahun 1017 dan 1025 M.

b. Tidak adanya pemimpin Sriwijaya yang tangguh setelah Raja Balaputradewa meninggal, penerusnya tidak mampu menjalankan kebesaran Sriwijaya.

c. Lepasnya daerah-daerah kekuasaan Sriwijaya, seperti tanah genting Kra di Semenanjung Malaka, berhasil direbut oleh Kerajaan Siam.

d. Serangan Kerajaan Singhasari di bawah pimpinan Raja Kertanegara (1275 dan 1286 M).

Raja Kertanegara melaksanakan Ekspedisi Pamalayu, untuk menguasai Kerajaan Melayu dan melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.

Lihat Semuanya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker