Ahmad Alfajri – Hukum Memandikan Jenazah Korban Virus Corona
Dunia sedang Dihebohkan dengan virus Corona. Sebuah virus mematikan dan telah banyak menelan korban. Hingga saat ini penghancur virus Corona belum ditemukan.
Problematika yang muncul adalah ketika ada orang yang meninggal karena terkontaminasi dengan virus corona, Bagaimana hukum mengurus jenazah seperti memandikan dan mengkafankannya?
Daftar Isi
Tajhiz Mayat Korban Virus Corona
Dalam kitab kifayatul Akhyar, Taqiyuddin Al-Hishni menjelaskan bahwa jenazah seorang muslim yang menjadi korban dari sebuah virus mematikan, statusnya adalah sama dengan jenazah yang meninggal karena hal lainnya.
Kewajiban hukum memandikan mayat, mengkafankan, menshalatkannya, dan juga mengebumikannya tetap berlaku.
Berikut ini redaksi penjelasan dalam kitab kifayatul Akhyar:
اعلم أن الشهيد يصدق على كل من قتل ظلما أو مات بغرق أو حرق أو هدم أو مات مبطونا أو مطعونا أو مات عشقا أو كانت إمرأة وماتت في الطلق ونحو ذلك وكذا من مات فجأة أو في دار الحرب قاله ابن الرفعة ومع صدقه أنهم شهداء فهؤلاء يغسلون ويصلى عليهم كسائر الموتى
Artinya: Ketahuilah, derajat syahid dapat dibenarkan pada orang yang terbunuh secara zalim, mati karena tenggelam, terbakar, ketiban reruntuhan, korban karena sakit perut, kena wabah (tha‘un), mati karena menahan derita cinta, perempuan yang mati menahan sakit persalinan, dan lain-lain. Demikian juga mereka yang mati mendadak atau di darul harbi. Demikian pendapat Ibnu Rif’ah. Meski mereka terbilang syahid, mereka tetap dimandikan dan dishalatkan sebagaimana jenazah pada umumnya.
Pada pada redaksi di atas jelaslah bahwa orang yang meninggal dunia disebabkan virus maka termasuk dalam kategori mati syahid. Dalam Islam, mati syahid bukan hanya yang didapatkan oleh orang yang berperang di jalan Allah.
Perbedaannya adalah orang yang gugur dalam perang fisabilillah maka jasadnya tidak dimandikan dan tidak dishalatkan.
Hal ini berbeda dengan jasad orang yang meninggal dunia bukan dalam medan tempur. Meskipun meraih pahala syahid, tetapi hukum di dunia mesti dimandikan, dikafankan dan dishalatkan.
Pengertian Pahala Syahid
Masih di dalam Kitab kifayatul Akhyar. Pengertian pahala syahid yang diperoleh oleh golongan selain orang yang berperang dijalan Allah:
ومعنى الشهادة لهم أنهم أحياء عند ربهم يرزقون وأما من مات في قتال الكفار مدبرا غير متحرف لقتال أو متحيزا إلى الفئة أو كان يقاتل رياء وسمعة فهذا شهيد في الحكم بمعنى أنه لا يغسل ولا يصلى عليه وهو شهيد في الدنيا دون الآخرة
Artinya, “Arti syahadah/mati syahid bagi mereka (selain gugur di medan perang) adalah bahwa mereka hidup di sisi Allah dan diberikan anugerah. Adapun orang gugur di medan perang saat melarikan diri, tidak mengambil jalan perang, berpihak kepada faksi lawan, berperang karena riya dan sum’ah, juga terbilang mati syahid secara hukum, dalam arti tidak dimandikan dan tidak dishalatkan. Ini yang disebut syahid di (mata) dunia, tidak di akhirat,”
Kategorisasi syahid
Dari penjelasan kitab kifayatul Ashab tersebut dapat dipahami bahwa ada 3 jenis syahid.
- syahid dunia dan akhirat
- syahid dunia saja
- syahid akhirat saja
Adapun pahala dan ganjaran syahid maka akan dibalas sesuai dengan kategorisasi syahidnya seseorang. Hal ini sebagaimana sudah diterangkan oleh Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim:
قال العلماء المراد بشهادة هؤلاء كلهم غير المقتول فى سبيل الله انهم يكون لهم فى الآخرة ثواب الشهداء
Ulama mengatakan, mereka yang dianggap mati syahid adalah mereka yang gugur bukan di medan perang. Mereka kelak menerima pahala mati syahid di akhirat
وأما فى الدنيا فيغسلون ويصلى عليهم وقد سبق فى كتاب الايمان بيان هذا
Sedangkan di dunia mereka tetap dimandikan dan dishalatkan sebagaimana penjelasan telah lalu pada bab Iman.
وأن الشهداء ثلاثة اقسام شهيد فى الدنيا والآخرة وهو المقتول فى حرب الكفار وشهيد فى الآخرة دون أحكام الدنيا وهم هؤلاء المذكورون هنا وشهيد فى الدنيا دون الآخرة وهو من غل فى الغنيمة أو قتل مدبرا
Orang mati syahid terdiri atas tiga jenis. Pertama, syahid di dunia dan di akhirat, yaitu mereka yang gugur di medan perang. Kedua, syahid di akhirat, tidak di dunia, yaitu lima orang yang disebut dalam hadits ini. ketiga, syahid di dunia, tidak di akhirat, yaitu mereka yang gugur tetapi berbuat curang terhadap ghanimah atau gugur melarikan diri dari medan perang
Kenapa syahid ada tiga model?
Klasifikasi Syahid kepada tiga model tersebut, Bukanlah semata-mata produk ulama. Klasifikasi tersebut bersumber langsung dari hadis nabi yang diriwayatkan oleh imam muslim:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما تعدون الشهداء فيكم؟ قالوا : يا رسول الله، من قتل في سبيل الله فهو شهيد. قال إن شهداء أمتي إذا لقليل! قالوا: فمن هم يا رسول الله؟ قال من قتل في سبيل الله فهو شهيد، ومن مات في سبيل الله فهو شهيد، ومن مات في الطاعون فهو شهيد، ومن مات في البطن فهو شهيد، والغريق شهيد رواه مسلم
Rasulullah menguji sahabatnya dengan pertanyaan, ‘Siapakah orang yang mati syahid di antara kalian?’ ‘Orang yang gugur di medan perang itulah syahid ya Rasulullah,’ jawab mereka. ‘Kalau begitu, sedikit sekali umatku yang mati syahid.’ ‘Mereka (yang lain) itu lalu siapa ya Rasul?’ ‘Orang yang gugur di medan perang itu syahid, orang yang mati di jalan Allah juga syahid, orang yang kena tha’un (wabah) pun syahid, orang yang mati karena sakit perut juga syahid, dan orang yang tenggelam adalah syahid,’ jawab Nabi Muhammad.
Kesimpulan
Mengurus jenazah yang menjadi korban karena virus mematikan, contohnya korban virus Corona hukumnya adalah wajib. Jenazah korban virus Corona wajib dimandikan, dikafankan, dishalatkan dan juga dikebumikan.
Cuma, cara mengurus jenazah korban dari virus corona haruslah mengikuti petunjuk medis. Otomatis, harus berkonsultasi dulu dengan dokter. Tujuannya agar virus tidak tertular kepada orang yang memandikan, mengkafankan dan menshalatkannya.
Demikian saja artikel singkat kami tentang cara mengurus jenazah korban virus Corona. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
One Comment