Ahmadalfajri.com – Hukum Sholat Nisfu Sya’ban
Umat Islam seluruh dunia mengisi malam Nisfu syakban dengan berbagai ibadah. Salah satu ibadah yang dilakukan yaitu shalat Nisfu Sya’ban.
Berkaitan dengan shalat Nisfu Sya’ban, ada beberapa kelompok yang menolak sebab dianggap sebagai bidaah dan tidak diajarkan oleh Baginda Nabi Muhammad.
Pada artikel kali ini, kami akan menulis tentang dalil dan argumen yang digunakan oleh ulama ulama yang membolehkan shalat Nisfu Sya’ban.
Daftar Isi
Menurut Imam Ghazali
Sebelum jauh berbicara tentang salat Nisfu Sya’ban, perlu sekali diketahui bahwa Amalan Shalat Nisfu Sya’ban dikemukakan oleh Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya ulumiddin.
Di sana terdapat penjelasan secara mendetil mulai dari tata cara jumlah rakaat, hingga bacaan-bacaannya.
Ihya Ulumiddin
Pada juz yang pertama, halaman 203, Imam Al Ghazali menerangkan:
وأما صلاة شعبان فليلة الخامس عشر منه يصلي مائة ركعة كل ركعتين بتسليمة يقرأ في كل ركعة بعد الفاتحة قل هو الله أحد إحدى عشرة مرة وإن شاء صلى عشر ركعات يقرأ في كل ركعة بعد الفاتحة مائة مرة قل هو الله أحد فهذا أيضاً مروي في جملة الصلوات كان السلف يصلون هذه الصلاة ويسمونها صلاة الخير ويجتمعون فيها وربما صلوها جماعة
Adapun shalat sunnah Sya‘ban adalah malam kelima belas bulan Sya‘ban. Dilaksanakan sebanyak seratus rakaat. Setiap dua rakaat satu salam. Setiap rakaat setelah Al-Fatihah membaca Qulhuwallahu ahad sebanyak 11 kali. Jika mau, seseorang dapat shalat sebanyak 10 rakaat.
Setiap rakaat setelah Al-Fatihah Qulhuwallahu ahad 100 kali. Ini juga diriwayatkan dalam sejumlah shalat yang dilakukan orang-orang salaf dan mereka sebut sebagai shalat khair. Mereka berkumpul untuk menunaikannya. Mungkin mereka menunaikannya secara berjamaah
Riwayat Al-Hasan
Landasan dan Dalil yang digunakan oleh Imam Al Ghazali sebagai legalitas shalat Nisfu Sya’ban adalah riwayat Imam al-hasan, yaitu:
روي عن الحسن أنه قال حدثني ثلاثون من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إن من صلى هذه الصلاة في هذه الليلة نظر الله إليه سبعين نظرة وقضى له بكل نظرة سبعين حاجة أدناها المغفرة
Diriwayatkan dari Al-Hasan. Dikatakannya, ‘Telah meriwayatkan kepadaku tiga puluh sahabat Nabi shallalu ‘alaihi wasallam. ‘Sungguh orang yang menunaikan shalat ini pada malam ini (nisfu Sya‘ban), maka Allah akan memandangnya sebanyak tujuh puluh kali dan setiap pandangan Dia akan memenuhi tujuh puluh kebutuhan. Sekurang-kurangnya kebutuhan adalah ampunan
Namun, menurut pendapat ulama yang memtakhrij kitab Ihya Ulumuddin bahwa hadis tentang shalat malam tersebut adalah batil. Pendapat ini juga sama seperti yang ditegaskan oleh al-Iraqi dari Mazhab Syafi’i.
Adapun Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang bersumber dari Ali Bin Abi Thalib yaitu “ketika malam pertengahan bulan Sya’ban maka bangunlah malam harinya dan berpuasalah di siang harinya” adalah Hadits yang kualitasnya lemah.
Hadits yang menerangkan tentang tata cara shalat Nisfu Sya’ban juga bersumber dari Ali bin Abi Tholib. Namun hadis ini ditolak oleh Al Ghumari untuk dijadikan sebagai argumen. Terjemahan hadisnya adalah sebagai berikut:
Aku melihat Rasulullah pada malam Nisfu Sya’ban bangun dan shalat sebanyak 14 rakaat. Setelah selesai, Rasulullah membaca al-fatihah 14 kali, Al Ikhlas 14 kali, al-falaq 14 kali, Annas 14 kali dan ayat kursi 1 kali. Setelah selesai salat Rasulullah, saya bertanya dan Rasulullah bersabda: Siapa saja yang menunaikan salat Seperti yang saya lakukan kan maka akan mendapatkan pahala 20 haji mabrur dan 20 tahun puasa yang makbul.
Status hadits ini sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Al Baihaqi dan Imam lainnya adalah termasuk Hadits maudhu. Demikian yang ditulis oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-maliki dalam kitab beliau yang berjudul Ma Za Fi Syakban pada halaman 116.
Menurut Imam Nawawi
Imam Nawawi membantah dan menganggap bidaah pendapat yang menyatakan bahwa shalat Nisfu Sya’ban jumlah rakaatnya mencapai 100 rakaat. Hal ini beliau utarakan dalam kitab beliau yang berjudul Al majmu Syarah muhadzab:
Syarah Muhadzab
(الْعَاشِرَةُ) الصَّلَاةُ الْمَعْرُوفَةُ بصلاة الرغائب وهي ثنتى عَشْرَةَ رَكْعَةً تُصَلَّى بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ لَيْلَةَ أَوَّلِ جُمُعَةٍ فِي رَجَبٍ وَصَلَاةُ لَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ مِائَةُ رَكْعَةٍ وَهَاتَانِ الصَّلَاتَانِ بِدْعَتَانِ وَمُنْكَرَاتَانِ قَبِيحَتَانِ
Kesepuluh adalah shalat yang dikenal dengan Shalat Ar-Ragha’ib, yaitu 12 rakaat yang dilaksanakan antara maghrib dan isya pada malam Jumat pertama bulan Rajab dan shalat malam nisfu Sya‘ban sebanyak 100 rakaat. Dua shalat ini adalah bid‘ah, munkar, dan buruk
Meskipun demikian, anjuran untuk menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan berbagai ibadah termasuk ibadah shalat sunat tidaklah diperdebatkan oleh Imam Nawawi.
Riwayat Ibnu Majah
Banyak riwayat yang yang menerangkan tentang keutamaan shalat pada malam Nisfu Sya’ban. Diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah:
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا، فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا، حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
Jika malam nisfu Sya‘ban datang, maka bangunlah di malam harinya, dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah pada malam itu turun ke langit dunia hingga terbit malam hari.
Dia berfirman, ‘Ingatlah, adakah yang memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya. Adakah yang memohon rezeki, niscaya Aku akan memberinya. Adakah yang sedang ditimpa ujian, niscaya Aku akan menyelamatkannya. Begitu seterusnya, hingga terbit fajar
Riwayat Imam Ahmad
Meskipun status hadits Ini lemah tetapi banyak hadis dan riwayat lain yang menguatkan hadis ini. Diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا لِاثْنَيْنِ: مُشَاحِنٍ، وَقَاتِلِ نَفْسٍ
Allah senantiasa memperhatikan makhluk-Nya pada malam nisfu Sya‘ban. Maka Dia akan mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali dua: hamba yang saling bermusuhan dan yang membunuh
Kesimpulan
Para ulama sepakat tentang anjuran menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan berbagai kegiatan ibadah, termasuk ibadah shalat.
Adapun yang diperselisihkan adalah status jumlah rakaat shalat Nisfu Sya’ban yang berjumlah 14 rakaat atau 100 rakaat. Alasannya karena argumen yang dikemukakan adalah dalil yang masih bermasalah.
Mengisi malam Nisfu Sya’ban dengan shalat sunnah secara umum seperti shalat sunnah awwabin, sholat sunnah taubat, shalat sunnah tahajud, Witir dan lain sebagainya adalah tidak dipermasalahkan dan dibolehkan. Termasuk salat sunah Nisfu syakban dua rakaat. Sebab menambah niat lain dalam sebuah salat sunat bukanlah hal yang tercela.
Sayyid ‘Alawi
Sebagaimana diterangkan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-maliki:
لا يقدح في نية المصلي إذا ما نوى بعد الإخلاص لله بصلاته نية أخرى مندرجة تحت نيته الأصلية ومضافة إليها
Dalam niat orang yang shalat setelah ia meniati shalatnya dengan ikhlas karena Allah, tidak tercela ada niat lain yang masuk ke dalam niat asalnya dan niat itu ditambahkan kepadanya
Sayyid Muhammad bin Alawi al-maliki juga menerangkan bahwa banyak riwayat dari Nabi Muhammad tentang kebolehan menambah niat dalam shalat. Dan diantara dalil yang paling Shahih adalah shalat istikharah, shalat sunnah taubat, shalat sunat hajat dan shalat Sunnah lainnya dengan berbagai niat dan tujuan.
Sabda Nabi
Secara umum, perintah salat dua rakaat ketika memiliki sebuah hajat telah disampaikan oleh Baginda Nabi:
مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللهِ حَاجَةٌ، أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ وَلْيُحْسِنِ الْوُضُوءَ، ثُمَّ لِيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ لِيُثْنِ عَلَى اللهِ
Siapa saja yang memiliki suatu hajat, atau kebutuhan kepada seorang bani Adam, maka wudhulah, dan membaguskan wudhunya, kemudian shalat dua rakaat, lalu memuji Allah
Menambahkan niat dalam salat sunat dengan niat sunnah Nisfu Sya’ban adalah dibolehkan dan tidak bermasalah. Hal tersebut bukanlah bidaah malahan sebaliknya yaitu sesuai dengan sunnah.
Dan yang masih menjadi kontroversi adalah Jumlah shalat Nisfu Sya’ban sebanyak 14 rakaat atau 100 rakaat.
Demikian saja artikel kami tentang salat sunat Nisfu Sya’ban. Semoga bermanfaat dan terima kasih.