Ahmadalfajri.com – Kisah Abu Dzar Al Ghifari
Abu Dzar Al Ghifari adalah seorang manusia paling jujur di muka bumi. Begitulah pernyataan Nabi Muhammad atas keutamaan seorang Abu Dzar. Dari Sabda Nabi ini, terkandung pesan bahwa perjuangan dakwah seorang Abu Dzar ke depan akan semakin berat.
Nabi Muhammad sudah paham dengan karakter Abu Dzar. Oleh sebab itu, Nabi selalu berpesan kepada Abu Dzar untuk selalu mengedepankan kesabaran dan keteguhan di saat menghadapi tantangan dalam berdakwah.
Suatu hari, Nabi Muhammad memanggil abuzar dan bertanya: wahai Abu Dzar, sekiranya engkau melihat pejabat yang mengambil harta Fai untuk dirinya sendiri, apa yang akan engkau lakukan?
Dengan tegas Abu Dzar menjawab: kalau aku melihat hal demikian pastilah akan ku tebas leher mereka dengan pedangku.
Sebuah Jawaban tegas dari seseorang yang memiliki karakter tidak ada nego dengan kebatilan.
Pesan Rasulullah Kepada Abu Dzar
Mendengar jawaban Abu Dzar, Nabi Muhammad bersabda wahai Abu Dzar Jika Engkau menginginkan sesuatu yang lebih baik dari hal itu, maka bersabarlah Hingga engkau berjumpa dengan diriku.
Sabda Nabi ini mengandung perintah kepada Abu Dzar untuk bersabar dalam menghadapi kebatilan.
Bersabar dalam artian tidak mengangkat senjata melawan pemimpin. Bersabar dalam makna tetap menyampaikan kebenaran tanpa melakukan pemberontakan.
Pesan inilah yang selalu dipegang oleh Abu Dzar al-ghifari hingga meninggal dunia dan pada hari akhir kelak akan berjumpa bersama Rasulullah.
Sabda Nabi Muhammad kepada Abu Dzar tentang perintah bersabar ini ini terkandung sebuah isyarat bahwa Baginda Nabi Muhammad akan kembali kepada Allah.
Dan Abu Dzar akan melanjutkan perjuangan dakwah dengan penuh tantangan.
Dan tibalah saat yang paling menyedihkan yaitu masa wafatnya Rasulullah. Umat Islam kemudian dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar.
Selama kepemimpinan Khalifah Abu Bakar, Abu Dzar merasa tenang karena hal yang tidak disukainya yaitu para pejabat atau pemimpin gemar menghimpun harta tidaklah terjadi.
Abu Bakar berhasil memanage para pejabat wilayah dan daerah untuk peduli kepada orang yang tidak mampu.
Saat umat Islam dipimpin oleh Khalifah Umar Bin Khattab, Abu Dzar masih dapat duduk tenang.
Penyalahgunaan kekuasaan dan penimbunan harta oleh para pemimpin saat itu masih dapat dikontrol oleh Umar Bin Khattab.
Umar Bin Khattab sangat peduli dengan orang miskin. Tidak boleh ada seorang pun pejabat yang mengkonsumsi makanan lezat, sedangkan ada seorang masyarakat yang tidak mampu membelinya.
Jika ada kejadian seperti itu pastilah Umar Bin Khattab akan memanggil, memeriksa dan menyidang para pejabat di daerah tersebut.
Di akhir-akhir kehidupan Umar Bin Khattab, Abu Dzar melihat adanya ancaman terbesar dari Ambisi Ambisi Terpendam para pejabat untuk menyalahgunakan kekuasaan.
Tokoh Gerakan Hidup Sederhana
Dan saat Umar Bin Khattab wafat, ternyata dugaan Abu Dzar al-ghifari tidak meleset sedikitpun. Para pejabat mulai menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri.
Bangkitlah abuzar mengacungkan pedang ke atas sebagai simbol perlawanan terhadap kebatilan para pejabat.
Tapi tiba-tiba abuzar Teringat larangan Rasulullah untuk tidak menggunakan senjata. Abuzar tersadar bahwa cara satu-satunya yang dimilikinya untuk melawan kebatilan para pejabat adalah lisannya.
Abu Dzar teringat sebuah firman Allah dalam surat an-nisa ayat 92 yaitu Tidak sepantasnya bagi umat Islam membunuh umat Islam lainnya.
Abuzar sadar bahwa peluang dakwah dirinya saat ini adalah ungkapan kebenaran melalui lisannya.
Abu Dzar teringat bahwa nabi pernah bersabda bahwa orang yang paling jujur di muka bumi adalah Abu Dzar al-ghifari.
Pergilah abuzar menjumpai setiap pejabat di berbagai daerah, Hartawan dan para pencinta dunia untuk menyampaikan kebenaran.
Seketika itu, nama Abidzar langsung melekat di dalam hati umat Islam di berbagai wilayah Islam.
Spontan saja, Abu Dzar menjadi sosok yang paling ditakuti oleh para pejabat dan orang kaya.
Mereka khawatir jika Abu Dzar memproklamirkan perang pastilah umat Islam semuanya akan ikut berpartisipasi. Tentunya, eksistensi jabatan mereka berada di ujung tanduk.
Slogan yang selalu disampaikan oleh Abu Dzar kepada setiap pejabat, orang kaya dan para pecinta dunia yaitu Surat At-Taubah ayat 34:
وَٱلَّذِینَ یَكۡنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلۡفِضَّةَ وَلَا یُنفِقُونَهَا فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِیمࣲ
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.
Ayat ini pasti terdengar jelas di setiap tempat yang ada di dalamnya pejabat-pejabat yang menggunakan jabatan untuk menimbun harta.
Diskusi Abu Dzar dan Muawiyah
Pergilah abuzar menuju ke wilayah Syam yang dipimpin oleh muawiyah bin Abi Sufyan. Syam adalah sebuah wilayah yang sangat strategis. Hasil alamnya melimpah, tanahnya subur dan putaran ekonomi sangat tinggi.
Abu Dzar melihat ada ancaman kebatilan di sana. Banyak umat Islam yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Sedangkan istana dan rumah para pejabat begitu tinggi dan megah. Hal ini adalah ancaman terbesar bagi para pendakwah dalam mempertahankan keikhlasan dakwah.
Saat tiba di wilayah Syam, Abu Dzar langsung dikerumuni oleh masyarakat yang mayoritasnya adalah penduduk miskin. Spontan saja abuzar berujar Kenapa kalian tidak mendatangi istana istana mewah itu dengan membawa senjata?
Tapi Abu Dzar langsung Teringat Pesan Rasulullah untuk tidak menggunakan senjata. Dan Abu Dzar berpesan kepada masyarakat yang mengerumuninya untuk tidak menggunakan kekerasaan.
Abu Dzar berpesan bahwa manusia adalah sama dimata Allah. Tolak ukur perbedaan hanyalah pada ketakwaan.
Abu Dzar juga berpesan bahwa seorang pemimpin haruslah menjadi orang pertama lapar saat masyarakatnya dilanda kelaparan. Dan haruslah menjadi orang terakhir kenyang setelah semua masyarakat kenyang.
Kritikan Abu Dzar
Dihadapan muawiyah bin Abi Sufyan, Abu Dzar bertanya harta kekayaan yang dimiliki oleh muawiyah sebelum dan setelah menjabat sebagai pemimpin. Abu Dzar juga mengkritisi rumah muawiyah yang ada di Kota Mekah dan istana mewah di kota Syam.
Selain mengkritisi muawiyah, abuzar juga mengkritisi beberapa sahabat muawiyah yang ikut bersama muawiyah dan kini telah menjadi sebagai pejabat dan sudah memiliki rumah mewah serta perkebunan yang luas.
Abu Dzar mengkritisi mereka semua dengan ungkapan Bukankah ketika Alquran diturunkan, kalian berada dan mendengar dari Rasulullah? Apakah kalian tidak teringat Sebuah ayat dalam surat at-taubah ayat 34?
Dan muawiyah pun memberikan jawaban bahwa ayat tersebut diturunkan kepada ahli kitab. Tapi jawaban ini dibantah oleh Abu Dzar dan menjelaskan bahwa ayat ini berlaku juga untuk umat Islam.
Informasi dialog antara Abu Dzar dan muawiyah bin Abi Sufyan viral di kalangan masyarakat. Mereka menganggap bahwa hujjah yang disampaikan oleh Abu Dzar begitu kuat.
Demikian saja artikel kami tentang Kisah Abu Dzar Al Ghifari Tokoh Gerakan Hidup Sederhana. Semoga bermanfaat dan Terima Kasih.