Sofyan – Memahami Pengertian Syajaah dan Hikmah Syajaah
Keberanian (syajaah) itu dibutuhkan dalam kehidupan. Untuk menegakkan kebenaran dibutuhkan syaja’ah, dan untuk mencegah kemungkaran sangat dibutuhkan sifat syajaah.
Oleh karena itu, sifat syaja’ah harus selalu diasah agar selalu siap ketika dibutuhkan.
Pengertian Syajaah
Secara bahasa, syaja’ah berarti berani atau gagah. Menurut istilah, syaja’ah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara berani dan terpuji.
Jadi, syaja’ah adalah keberanian yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan.
Secara etimologi kata al-syaja’ah berarti berani antonimnya dari kata al-jabn yang berarti pengecut.
Kata ini digunakan untuk menggambarkan kesabaran di medan perang.
Sisi positif dari sikap berani yaitu mendorong seorang muslim untuk melakukan pekerjaan berat dan mengandung resiko dalam rangka membela kehormatannya.
Tetapi sikap ini bila tidak digunakan sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.
Selain itu syajaah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi dimedan laga, melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya.
Berdasarkan pengertian di atas, dipahami bahwa berani terhadap sesuatu bukan berarti hilangnya rasa takut menghadapinya.
Keberanian dinilai dari tindakan yang berorientasi kepada aspek maslahat dan tanggungjawab dan berdasarkan pertimbanngan maslahat.
Jadi berani adalah: ”sikap dewasa dalam menghadapi kesulitan atau bahaya ketika mengancam.
Orang yang melihat kejahatan, dan khawatir terkena dampaknya, kemudian menentang maka itulah pemberani.
Orang yang berbuat maksimal sesuai statusnya itulah pemberani (al-syaji’), al-syaja’ah (berani) bukan sinonim ’adam al-khauf (tidak takut sama sekali)
Menelaah Dalil Naqli tentang Syaja’ah
Allah Swt berfirman tentang syaja’ah dalam surah Ali Imran ayat 139 :
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran [3]: 139)
Ayat tersebut menegaskan bahwa syajaah itu mengarahkan pada kita agar tidak merasa minder atau merasa lemah dalam membela kebenaran karena manusia yang paling mulia di sisi Allah itu adalah orang-orang yang paling beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
Macam-macam Bentuk Syaja’ah
Syaja’ah dapat dibagi menjadi dua macam :
1) Syaja’ah harbiyah:
Yaitu keberanian yang kelihatan atau tampak, misalnya keberanian dalam medan tempur di waktu perang.
2) Syaja’ah nafsiyah:
yaitu keberanian menghadapi bahaya atau penderitaan dan menegakkan kebenaran.
Yang termasuk syaja’ah nafsiyah adalah sebagai berikut:
- As-Sarahah fi al-haq (terus terang dalam kebenaran), tidak plin-plan (sesekali mengatakan begini dan pada waktu lainnya mengatakan begitu)
- Kitman al-sirr (menyembunyikan rahasia, tidak membukanya apalagi menyebarluaskan).
Apapun yang dia hadapi dalam menyimpan rahasia itu, ia tetap mempertahankannya, sepatahpun tidak mengatakannya
- Al-I’tiraf bi al-khata’ (mengakui kesalahan), tidak lempar batu sembunyi tangan, menutupi kesalahan apalagi mengemasnya dengan kemasan-kemasan kebenaran
- Al-Insaf min al-nafs (objektif terhadap diri sendiri), hati boleh panas, telinga boleh merah, tetapi akal pikiran tetap jernih, dan memilih cara mengekspresikan kemarahannya dalam bentuk yang paling tepat
Dari dua macam syaja’ah (keberanian) tersebut diatas, maka syaja’ah dapat dituangkan dalam beberapa bentuk, yakni:
- Memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.
- Berterus terang dalam kebenaran
- Mampu menyimpan rahasia, bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan
- Berani mengakui kesalahan. Salah satu orang yang memiliki sifat pengecut adalah tidak mau mengakui kesalahan, mencari kambing hitam dan bersikap “lempar batu, sembunyi tangan.”
- Bersikap objektif terhadap diri sendiri.
Ada orang yang cenderung bersikap over estimasi terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan.
Sebaliknya ada yang bersikap under estimasi terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apa-apa dan tidak memiliki kelebihan apapun.
Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsional dan tidak objektif. Orang yang berani akan bersikap objektif, dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.
- 6. Menahan nafsu di saat marah, seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu bermujahadah li al-nafsi, melawan nafsu dan amarah.
Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya.
Agar bisa menerapkan sifat syaja’ah, maka harus memiliki sumber keberanian pada dirinya sebagai berikut.
- Berani membenarkan yang benar dan berani mengingatkan yang salah.
- Berani membela hak milik, jiwa dan raga.
- Berani membela kesucian agama dan kehormatan bangsa.
Keutamaan sifat syaja’ah
Syaja’ah dalam ajaran agama Islam sangat di anjurkan untuk di miliki setiap muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama berbangsa dan bernegara.
Dari syaja’ah (perwira) maka akan menimbulkan hikmah dalam bentuk sifat mulia, cepat tanggap, perkasa, memecah nafsu memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai.
Akan tetapi apabila seorang terlalu dominan keberaniannya, apabila tidak dikontrol dengan kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat: ceroboh, meremehkan orang lain, unggul-unggulan, takabbur dan ujub.
Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syajaah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati, dsb.
Simak video film pendek tentang syajaah atau keberanian di bawah ini:
One Comment