Ahmad Alfajri – Mengenal Indera Keenam Menurut Islam
Indera keenam adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut indera yang berfungsi menangkap Informasi yang tidak mampu ditangkap oleh Indra Indra yang lain. Dalam bahasa Inggris, Indra tersebut diistilahkan sebagai sixth sense.
Normalnya, manusia memiliki lima indra, yakni indra penglihat (mata), indra peraba (kulit), indra pembau (hidung), indra perasa (lidah), dan indra pendengar (telinga)
Dalam bahasa psikologi, indera keenam disebut dengan istilah ESP (extra sensory perception). Sebuah alat indera untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra lainnya.
Dalam Islam, ada sebuah istilah yang sering dikaitkan dengan indera keenam yaitu Kasyaf. Kasyaf bermakna terbuka yakni terbukanya mata batin seseorang yang dekat dengan Allah.
Kasyaf adalah sebuah bentuk Karomah atau kemuliaan yang diberikan oleh Allah terhadap seseorang. Karomah ini diberikan karena ada ibadah khusus yang dilakukan oleh seseorang tersebut.
Indera ke Enam dalam Islam
Sebenarnya, Kasyaf tidak dapat diartikan langsung sebagai indera keenam. Meskipun indera keenam dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori kasyaf. Ruang lingkup kasyaf lebih luas dibandingkan dengan indera keenam.
Salah satu contoh kasyaf adalah ketika kita mendatangi seseorang yang memiliki kelebihan. Ternyata Beliau sudah tahu kedatangan dan tujuan kita mendatangi beliau. Sehingga sebelum kita berangkat beliau sudah mempersiapkan segala bentuk kebutuhan kita.
Adapun indera keenam yang sering dipahami oleh masyarakat adalah kemampuan seseorang untuk melihat benda gaib. Mampu melihat jin dan iblis diartikan sebagai memiliki indra keenam.
Jika ditinjau dari pandangan Islam, kemampuan seseorang untuk melihat jin atau iblis itu bukanlah sebuah hal yang luar biasa. Seseorang tidak perlu memiliki kasyaf, jika hanya untuk mampu melihat jin.
Pada dasarnya Jin diciptakan sebagai makhluk halus yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam surat al-a’raf ayat 27:
إِنَّهُۥ یَرَىٰكُمۡ هُوَ وَقَبِیلُهُۥ مِنۡ حَیۡثُ لَا تَرَوۡنَهُمۡۗ
“Sesungguhnya dia (iblis) dan kabilahnya (semua jin) bisa melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka.”
Jin tidak dapat dilihat dalam bentuk aslinya. Adapun dalam bentuk yang lain maka tidak tertutup kemungkinan untuk dapat dilihat. Kadang-kadang Jin menyerupakan dirinya dengan satu makhluk atau bahkan manusia.
Hal ini ditegaskan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari saat menjabarkan sebuah hadis nabi:
“Jin terkadang menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan bagi manusia untuk melihatnya. Firman Allah Ta’ala, ‘Sesungguhnya iblis dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak bisa melihat mereka,’ khusus pada kondisi aslinya sebagaimana dia diciptakan.
Kesimpulan
- Dalam Islam ada istilah Kasyaf yaitu dibukakan pintu hati oleh Allah untuk mengetahui sesuatu yang diluar kebiasaan.
- Kasyaf dalam Islam bukan hanya berkaitan dengan alam gaib tetapi ruang lingkup nya lebih umum dan luas.
- Jika diartikan bahwa indera keenam adalah kasyaf maka nilainya kurang tepat. Tapi jika diartikan bahwa salah satu bentuk dari sekian banyak bentuk kasyag adalah indra keenam maka hal tersebut benar.
- Jika diartikan indra keenam adalah kemampuan seseorang untuk melihat Jin maka hal tersebut sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam ajaran islam, jin tidak dapat dilihat dalam bentuk aslinya.
- Adapun penampakan jin atau iblis maka hal tersebut tidak diperlukan kemampuan indera keenam. Sebab Jin yang sudah menyerupakan dirinya dengan sesuatu, akan dapat dilihat oleh siapapun.
- Penampakan jin atau iblis kepada manusia Bukankah bermakna manusia tersebut memiliki indra keenam.
- Semua hal yang berkaitan dengan gaib haruslah diwaspadai dan dijaga agar tidak terjerumus ke dalam lubang kesirikan.
Sekian saja artikel tingkat kami tentang indera keenam dalam pandangan Islam. Semoga bermanfaat dan terima kasih.