Ahmad Alfajri – Mengenal Kitab Bajuri Karya Imam Bajuri
Dari segi garis nasab, Kitab Bajuri atau Hasyiyah Bajuri berasal dari Matan Taqrib karya Abu Syuja’. Selanjutnya lahirlah sebuah karya berbentuk syarahan yang cukup populer dalam dunia pendidikan yaitu Kitab Fathul Qarib karya Ibnu Qasim.
Pada periode selanjutnya, muncullah seorang ulama yang lahir dari rahim al-Azhar dan bahkan dipercayakan menjabat sebagai Rektor, mensyarah secara mendetil isi Kitab Fathul Qarib. Syarahan tersebut dikenal dengan nama Hasyiyah Bajuri. Dan tidak berlebihan jika saya katakan bahwa Kitab Bajuri merupakan syarahan paling populer atas Kitab Fathul Qarib.
Jika digambarkan dalam bentuk garis keturunan, maka Matan Taqrib Karya Abi Syuja’ sebagai Ibunda. Fathul Qarib karya Ibnu Qasim al-Ghazi (W 918 H) sebagai anak, dan Kitab Hasyiyah Bajuri Karya Imam Bajuri (W 1277 H) sebagai salah seorang cucu dari sekian banyak cucu.
Daftar Isi
Biografi Imam Bajuri
Nama lengkap pengarang Kitab Bajuri adalah Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad al-Bajuri. Laqab dan Kuniyah yang disandangkan kepada beliau adalah Burhanuddin (dalil dalil agama) dan Abu Ishaq (Ayahanda Ishaq). Beliau populer dengan panggilan Imam Bajuri.
Lahir pada tahun 1198 H di Kota Bajur, Mesir. Dan wafat pada tahun 1277 H di Mesir. Artinya, usia kehidupan beliau di dunia ini adalah 80 tahun. Bajur adalah sebuah nama desa tempat beliau dilahirkan, dan pada akhirnya beliau lebih dikenal dengan sebutan Imam Bajuri.
Di asuh oleh orang tuanya, Imam Bajuri sudah mampu menghafal AlQuran dengan lancar pada usia kecil. Memasuki usia 14 tahun, Imam Bajuri mulai menimba ilmu di Al-Azhar pada ulama ulama besar Al-Azhar.
Kecerdasan, kekuatan hafalan, istiqamah dan tentunya doa dari para masyayikh membuat karir keilmuawan beliau cepat berkembang. Dari Santri Al-Azhar, diangkat menjadi salah seorang Masyayikh Al-Azhar hingga dipercayakan menjadi rektor ke 19 Universitas Al-Azhar.
Mengenal Kitab Bajuri Karya Imam Bajuri
Latar belakang penulisan Kitab Bajuri dijelaskan oleh Imam Bajuri pada bagian pendahuluan (muqaddimah) kitab. Menurut Imam Bajuri, Matan Taqrib karya Abu Syuja’ adalah sebuah kitab yang sangat ringkas, tapi mengandung banyak keberkahan. Manfaat Kitab Matan Taqrib pun dapat dipetik oleh setiap elemen, mulai dari masyarakat awam hingga kelas cendekiawan.
Keberkahan dan manfaat yang luar biasa juga terdapat pada Kitab Fathul Qarib Karya Ibnu Qasim. Pada perkembangan selanjutnya lahirlah Kitab Hasyiyah Birmawi Karya Imam Birmawi yang mensyarah Kitab Fathul Qarib tersebut. Cuma, Banyak istilah fiqh tingkatan tinggi digunakan oleh Imam Birmawi yang agak susah dipahami oleh pelajar pemula.
Problematika ini dirasakan oleh ulama ulama di Mesir kala itu. Saat mengajar Hasyiyah Birmawi, banyak pelajar pemula yang agak kebingungan dalam memahami istilah istilah yang ada.
Muncul permintaan dari ulama ulama seantero Mesir kepada Imam Bajuri untuk membuat sebuah Karya syarahan atas Kitab Fathul Qarib dengan menggunakan bahasa dan istilah yang ramah dengan pelajar pemula.
Tidak lama berselang, lahirlah sebuah karya yang sangat populer dan dikenal dengan nama Hasyiyah Bajuri. Sebuah Kitab yang sejak saat kelahirannya hingga kini, menjadi kitab paling populer.
Keistimewaan Kitab Bajuri
Jika dibandingkan dengan Hasyiyah yang lain, Kelebihan Hasyiah Bajuri terletak pada gaya bahasa. Setiap istilah Fiqh yang ada dalam Fathul Qarib, dijelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami.
Sehingga, pelajar paham batasan batasan dan ruang lingkup yang sedang dibahas. Dengan sendirinya, pelajar akan terbiasa dengan gaya belajar yang fokus dan tidak melenceng dari tema pembahasan.
Lafaz lafaz penting yang terdapat dalam Fathul Qarib, juga dijelaskan sesuai dengan kaedah Ilmu Saraf. Wazan (timbangan) lafaz, asal lafaz, derivasi dan proses dirivasi dari satu tashrif ke tashrif lainnya digambarkan dengan gaya bahasa yang mudah.
Jika ada ungkapan dalam Fathul Qarib dan menurut Imam Bajuri salah atau kurang tepat, maka beliau akan mengkritisinya dan memberikan model ungkapan yang benar atau lebih cocok. Metode penulisan inilah yang membuat Kitab Bajuri ini cocok untuk semua kalangan.
Cocok untuk semua kalangan, adalah sebuah keistimewaan Kitab Hasyiyah Bajuri yang luar biasa. Namanya saja Hasyiyah, tentu untuk mempelajarinya harus punya modal dan alat yang lumayan. Ya, Kitab Bajuri adalah Hasyiyah tapi punya rasa Syarah.
Dalam dunia pendidikan Dayah, pantangan yang harus dijaga oleh pelajar pemula yang belum memenuhi standar khusus adalah mempelajari Hasyiyah. Pantangan ini bukanlah sekedar pantangan kosong tanpa makna. Jika tetap keras kepala melanggar pantangan, pasti dia tidak akan menemukan ilmu. Syekh Ahmad bin Hasan al-‘Atthas menjelaskan:
من قرأ الحواشي ما حوى شيء
Barangsiapa santri pemula yang mempelajari langsung Hasyiyah maka tidak akan pernah mendapatkan apapun.
Memang ada beberapa oknum santri yang ingin terlihat lebih cerdas. Cara instannya adalah mempelajari Hasyiyah tanpa sepengetahuan guru pembimbing. Dan pada akhirnya, kecerdasan yang dimilikinya adalah kecerdasan kosong. Keilmuannya tidak sistematik, kacau balau dan sering salah memahami ibarat kitab.
Membuka Cakrawala Berfikir
Kitab dalam bentuk Hasyiyah, cocok dipelajari oleh santri yang sudah memenuhi standar khusus. Wawasan keilmuannya akan berkembang dan tidak kaku. Gaya berfikirnya juga akan terbuka dan tidak sempit. Dan itulah sebagian dari tanda tanda bahwa gelar “ulama muda” sudah mulai cocok disandangkan padanya.
Imam Bajuri berhasil membuat sebuah karya dalam bentuk Hasyiyah, tapi aksesnya terbuka untuk kalangan bawah. Jika Hasyiyah lain diakses oleh pemula dan hasilnya tidak akan mendapatkan apa apa, maka Hasyiyah Bajuri jika diakses oleh pemula pasti akan mendapatkan banyak apa apa.
Hal menarik lainnya dari Kitab Bajuri adalah metode penulisan yang digunakan. Setiap ungkapan dalam Fathul Qarib, maka batasan batasan dan ruang lingkupnya dijelaskan dalam Kitab Bajuri. Selain itu, Imam Bajuri juga menyertakan permisalan agar lebih mudah dipahami.
Bukan hanya kasus hukum klasik saja yang diurai, Imam Bajuri juga membahas problematika hukum kontemporer yang sedang hangat-hangatnya masa itu, seperti interaksi antara dokter pria dengan pasien wanita, vasektomi dan tubektomi, hingga masalah menunda kehamilan.
Istilah dan ungkapan tertentu yang dianggap penting dari status I’rabnya, maka Imam Bajuri juga mengurainya dari aspek Ilmu Nahwu. Imam Bajuri juga menjelaskan kaedah Ushul Fiqh atas Kesimpulan kesimpulan Hukum yang ada dalam Fathul Qarib.
Jadi, setiap orang yang mengkaji Kitab Bajuri pasti akan menemukan berbagai rasa sesuai dengan standar keilmuan yang dimiliki. Semakin banyak modal keilmuan, maka semakin banyak rasa yang di dapat dalam Kitab Bajuri. Tapi, bagi masyarakat awam hanya akan mendapatkan satu rasa saja yaitu rasa Fiqh.
Kitab Kitab Referensi – Maraji’
Setiap karya tulis pasti memiliki referensi. Semakin banyak referensi, maka semakin bagus rating karya tersebut. Mutu sebuah karya tulis juga sangat tergantung pada kualitas referensi yang dijadikan sebagai rujukan.
Referensi yang digunakan oleh Imam Bajuri untuk menghasilkan karya Hasyiyah Bajuri adalah:
- Kitab kitab Imam Syafii
- Kitab kitab Syarahan Mukhtasar Al-Muzani
- Kitab kitab Imam Ghazali
- Kitab Kitab Syeikhani (Imam Rafii dan Imam Nawawi)
- Kitab Kitab Ibnu Rif’ah
- Kitab Kitab Syarahan Minhaj al-Thalibin
- Kitab Kitab Zakariya Al-Anshari dan semua Kitab Syarahannya
- Kitab Kitab Syarahan Matan Taqrib
- Kitab Kitab Hasyiyah Fathul Qarib
Kualitas dan mutu dari Kitab Hasyiyah Bajuri ini tidak perlu diragukan lagi. Referensi diatas bisa menjadi bukti betapa bahwa Kitab Bajuri berada pada posisi penting dalam kategori Kitab Kitab Syafiiyah.
Tentunya dalam mengutip referensi referensi yang ada, pasti terdapat perbedaan pendapat. Menariknya adalah, Imam Bajuri menjelaskan pendapat mana yang masuk dalam kategori pendapat yang kuat dan pendapat yang lemah.
Dalam Hasyiyah Bajuri kerap kali kita temukan perbedaan pendapat antara Ibnu Hajar al-Haitami dan Imam Ramli. Jika dikalkulasikan, Imam Bajuri lebih banyak mendukung pendapat Imam Ramli. Beliau hanya mendukung pendapat Ibnu Hajar pada sebagian kecil masalah saja.
Sikap Imam Bajuri mendukung pendapat Imam Ramli tidak lepas dari aspek bahwa Ulama Mesir berpatokan pada fatwa Imam Ramli, bukan Ibnu Hajar. Seolah olah ada sebuah kesepakatan yang tidak tertulis bagi ulama Mesir untuk menggunakan fatwa Imam Ramli dalam Kitab Nihayah.
Download Kitab Bajuri
Disini kami sediakan link untuk mengunduh Kitab Hasyiyah Bajuri. Jika nantinya ada link yang error, mohon untuk menghubungi kami agar diganti dengan link yang valid.
Kitab : Hasyiyah Bajuri
Penulis: Imam Bajuri
File: PDF
Ukuran: 12.60 MB
Halaman: 749
Cetakan : I
Tahun: 1999
Penerbit: Darul Kutub Ilmiyah – Beirut
Demikianlah sedikit ulasan tentang mengenal Kitab Bajuri Karya Imam Bajuri. Jika ada kritikan atau masukan, silahkan ditinggalkan pada kolom komentar. Artikel ini kami izinkan untuk dishare, tetapi harus mencamtumkan sumber. Semoga bermanfaat.
4 Comments