Ahmadalfajri.com – Sejarah Perubahan Arah Kiblat Sholat
Salah satu peristiwa penting yang terjadi di dalam bulan Sya’ban adalah perpindahan atau peralihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah Baitullah.
Peristiwa penting ini diabadikan oleh Allah dalam al-quran surat al-baqarah ayat 144:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
“Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan engkau ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram”
Sejarah Peralihan Kiblat
Ibnu Katsir menerangkan bahwa hukum Nasakh pertama kali dalam Al Quran adalah kiblat. Peristiwa ini berkaitan dengan saat hijrahnya Nabi ke Kota Madinah.
Di sana, nabi Muhammad masih menghadap Baitul Maqdis saat melaksanakan shalat. Hal ini membuat kaum Yahudi merasa gembira, senang dan merasa angkuh. Menghadap Baitul Maqdis dalam shalat dilakukan oleh Rasulullah selama lebih dari 10 bulan.
Secara pribadi, Rasulullah sebenarnya sangat suka menghadap ke Baitullah saat melaksanakan shalat. Seringkali Rasulullah menadahkan doa dan menghadap wajahnya ke langit mengharap agar segera diturunkan Wahyu perpindahan kiblat.
Doa dan harapan Rasulullah Ini akhirnya dikabulkan oleh Allah dan diturunkan lah ayat perpalingan kiblat dari Baitul Maqdis ke Baitullah yaitu ayat ke 144 surat al-baqarah.
Kapan dan di mana ayat perintah peralihan Ka’bah diturunkan?
Mayoritas ulama berpendapat bahwa ayat tersebut diturunkan pada tahun kedua Hijriyah pada pertengahan bulan Sya’ban.
Adapun berkaitan dengan tempat turun ayat tersebut, menurut Imam Al Qhastalani dalam kitab mawahibul laduniyah menerangkan bahwa:
Suatu hari Rasulullah pergi ke rumah Ummi Basyr bin Al-Barra’ bin Ma’rur, dari suku Bani Salamah. Lalu Ummi Basyr membuat hidangan untuk Rasulullah.
Saat tibanya waktu Zuhur, Rasulullah dan para sahabat melaksanakan shalat secara berjamaah. Ketika telah selesai dua rakaat, turunlah Wahyu oleh Allah perintah peralihan kiblat.
Saat itulah Rasulullah memutar arah menghadap Ka’bah Baitullah. Dan saat itu rasulullah menghadap mizab (talang air). Tempat ini akhirnya menjadi di masjid yang disebut sebagai masjid qiblatain. Sebuah masjid yang pernah dilaksanakan shalat oleh Rasulullah menghadap ke dua arah kiblat.
Hikmah peralihan kiblat
Banyak hikmah dalam perintah peralihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Baitullah. Diantaranya adalah senangnya hati Rasulullah karena doa dan Harapan dikabulkan oleh Allah.
Hikmah lainnya adalah untuk membuka mata dan pemikiran kaum muslimin tentang mana kawan dan mana lawan. Orang-orang yang menerima dengan lapang dada peralihan kiblat adalah merupakan kawan sejati.
Sebaliknya, orang-orang yang lemah imannya dan juga orang munafik pasti tidak dapat menerima peralihan kiblat ini. Bahkan salah satu cemoohan mereka kepada Rasulullah terkait dengan perpindahan arah kiblat, diabadikan oleh Allah dalam Alquran surat al-baqarah ayat 142:
QS Al Baqarah 142
سَيَقُوۡلُ السُّفَهَآءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلّٰٮهُمۡ عَنۡ قِبۡلَتِهِمُ الَّتِىۡ كَانُوۡا عَلَيۡهَا ؕ قُل لِّلّٰهِ الۡمَشۡرِقُ وَالۡمَغۡرِبُ ؕ يَهۡدِىۡ مَنۡ يَّشَآءُ اِلٰى صِراطٍ مُّسۡتَقِيۡمٍ
“Orang-orang yang kurang akal diantara manusia akan berkata, ‘Apakah yang memalingkan mereka (muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?’ katakanlah (wahai Muhammad), milik Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus
Demikian saja artikel kami tentang sejarah peralihan kiblat. Semoga bermanfaat dan terimakasih.