Kajian Umum

Kisah Nabi Ayyub Sakit hingga dimakan ulat, ajaran ahlu sunnah?

Ahmadalfajri.com – Kisah Nabi Ayyub Sakit hingga dimakan ulat, ajaran ahlu sunnah?

Teryata Kisah Nabi Ayyub Sakit hingga dimakan oleh ulat tidak sesuai dengan ajaran Ahlu Sunnah.
Kisah Nabi Ayyub Sakit

Salah satu akidah dari akidah 50 (akidah lima puluh) yang harus diketahui oleh setiap umat Islam Ahlusunnah wal Jamaah adalah Nabi-nabi bersifat dengan sifat manusia. Para Nabi makan layaknya manusia lainnya, minum, menikah dan juga kadang merasakan sakit.

Tapi, yang perlu digarisbawahi adalah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam diri setiap Nabi tersebut tidak boleh mengakibatkan timbulnya kekurangan pada diri nabi. Memang Nabi merasakan sakit seperti manusia lainnya, tetapi tidak sampai pada tingkatan sakit supak, lepra dan buduk.

Penyakit penyakit tersebut termasuk dalam kategori yang menyebabkan kekurangan dalam diri manusia. Dan keadaan tersebut mustahil ada dalam diri semua Nabi.

Begitulah salah satu kesimpulan yang dapat kami rangkum dalam sebuah pengajian tauhid bersama Abu Manan ketua MPU Aceh Utara (19-09-2019). Pengajian Kiyab Kifayatul Awam ini merupakan pengajian bulanan di Masjid ‘Ubudiyah Punteuet. Tepatnya setiap malam kamis terakhir setiap bulan.

Pada pengajian tersebut, salah seorang peserta pengajian memberikan sebuah pertanyaan. Banyak penceramah yang menceritakan kisah Nabi Ayub menderita sebuah penyakit menular. Sehingga fisik beliau berulat dan harus diasingkan ke tempat sepi.

Abu Mannan dengan tegas menjawab bahwa kisah tersebut adalah dusta dan bertentangan dengan akidah Ahlu Sunnah wal Jamaah. Kisah Nabi Ayyub sakit dan berulat termasuk dalam kategori Kazzab, bukan hanya sekedar Kazib (dusta). Menurut Abu Mannan, makna Kazib hanya sekedar berdusta, tapi Kazzab adalah pedusta ulung.

Kisah berulatnya tubuh Nabi Ayyub adalah sangat bertentangan dengan akidah Ahlussunnah Wal Jamaah. Penyakit supak saja tidak mungkin ada pada diri setiap nabi, apalagi sampai pada penyakit berulat.

Kisah diasingkannya Nabi Ayyub karena menderita penyakit adalah dusta diatas dusta. Setiap Nabi bersifat dengan Tabligh (menyampaikan) dan bagaimana cara Nabi Ayyub berTabligh jika beliau diasingkan?.

Akidah umat Islam Ahlussunnah Wal Jamaah berbeda dengan akidah umat umat lainnya. Ada sebagian umat yang terlalu meninggikan sifat-sifat kenabian sehingga sampai pada titik Nabi dianggap sebagai Tuhan.

Sebaliknya, ada juga umat beragama yang terlalu meremehkan sifat-sifat kenabian. Sehingga nampak berbagai kekurangan di dalam diri Nabi mereka. Adapun umat Islam adalah umat yang yang berakidah moderat. Tidak meninggikan sifat kenabian secara berlebihan hingga menjadi Tuhan yang harus disembah dan juga tidak meyakini bahwa Nabi memiliki kekurangan yang dapat meruntuhkan citra kemanusiaan itu sendiri.

Demikianlah kesimpulan pengajian yang kami rangkum berkaitan dengan sakit yang diderita Nabi Ayyub dan akidah Ahlussunah wal Jamaah. Semoga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bahwa ada informasi informasi yang selama ini kita yakini ternyata sangat bertentangan dengan akidah Ahlu Sunnah wal Jamaah.

Lihat Semuanya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker